welcome welcome welcome welcome welcome welcome welcome welcome welcome welcome

Jumat, 04 Januari 2013

Mahameru 3676 mdpl


Catatan perjalanan kali ini adalah  perjalanan menuju puncak tertinggi tanah jawa. Mahameru namanya. Puncak yang terletak di gunung Semeru dengan ketinggian 3676 mdpl. Sesuatu banget bagi para pendaki yang ingin menambah koleksi perjalanan mereka. Gunung Semeru yang terletak di daerah Timur pulau Jawa memang menjadi tujuan para pendaki. Gak afdol kalo bagi seorang pendaki kalo belum ke Semeru…Assiiiikkk…

Perjalanan ini berawal dari keisengan membuka forum www.BackpackerIndonesia .com. Ituloh wadah bagi pecinta jalan-jalan dengan harga seminim-minimnya. Ada rencana untuk mengadakan gathering nasional  yang ketiga di Ranu Kumbolo. Wah kebetulan nih, pikiran ini sudah memberontak untuk diistirahatkan dari rutinitas kantor yang sangat menjenuhkan.  Sempat ragu untuk join diacara ini karena gak satu pun yang gw kenal. Ini perjalanan jauh dan beresiko tinggi loh.. Tapi keinginan  ini berhasil mengalahkan  keraguan. Dan akhirnya aku join dengan BPI dengan keberangaktan dari Jakarta.

Jumat 7 September 2012. Distasiun  Senen pukul 14.00 dengan menggunakan kereta kelas ekonomi Matarmaja kami berangkat menuju Kota Malang. Ada sekitar 36 orang dalam satu rombongan.  Perjalanan ditempuh selama 18 jam.  Selama perjalanan inilah kami saling mengenal satu sama lain. Semua dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda-beda. Mulai dari  anak SMA sampai Bapak  dengan 3 Anak yang juga sudah SMA.  Wow ternyata usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk menikmati alam. Bercanda, tidur bermain kartu serta mengisi TTS adalah pilihan aktifitas selama di kereta menghabisi waktu perjalanan sembari sekali-kali  melihat keluar menikmati alam luar yang sebagian besar adalah perkebunan dan persawahan.

Tepat Pukul 8 pagi esok harinya kami sampai juga di Stasiun Kotabaru Malang. Pinggang yang sakit akibat bangku kereta dengan kemiringan 90⁰, pantat yang hampir tepos dan kaki yang sedikit bengkak,  merasakan kebahagian saat turun dari kereta yang membawa kami dari Jakarta.  Waktu istirahat sekitar setengah jam lumayanlah untuk bersih-bersih dan mencari sarapan. Maklum dikereta banyak yang jualan tapi kurang berselera. So, sikat aje makanan yang ada dekat stasiun  Malang  #selamat makan#

Setelah semua aktifitas bersih-bersih dan sarapan kelar perjalanan dilanjutkan menuju Desa Tumpang. Dengan menggunakan  angkot cateran rombongan kami memulai perjalanan menuju  Desa Tumpang. Cukup jauh juga sekitar 2 Jam perjalanan. Ini karena kami mampir dulu di Kedawung untuk menyewa beberapa peralatan  yang masih kurang. Jadi yang gak punya perlengakapan naik gunung bisa disewa disini. Cukup murah ko, ye
Sampai di Desa Tumpang kami mengganti alat transportasi menuju desa Ranu Pane dengan menggunakan Truk dikarenakan jumlah kami yang cukup banyak, Jadi Truk adalah pilihan kendaraan yang ekonomis banget. Selain truk juga bisa menggunkana alat transportasi JIP untuk pendaki dengan jumlah rombongan yang sedikit.

 Sepanjang perjalan menuju Desa Ranu Pane disuguhi dengan pemandangan yang Subhanallah sesuatu banget bagi orang- orang Jakarta yang biasa membiasakan matanya dengan deretan gedung-gedung bertingkat disini berganti  dengan hamparan perkebunan yang luas membentang.  Perkebunan kentang, apel dan  dan  Sayuran terhampar luas dikiri dan kanan perjalanan yang terus mendaki. Tak lupa hamparan perbukitan teletabis dari gunung tetangga Bromo juga dapat dinikmatin. Jangan lupa mengabadikan dengan berfoto-foto ria ya. Kenangan buat di pamerin ke orang-orang yang  tak mampu menyaksikan secara langsung sebuah pemandangan alami  menuju Desa Ranu Pane.
Di Desa Ranu Pane udara sudah terasa sangat dingin. Menyentuh air untuk wudhu bagaikan menyentuh air es yang merasuk langsung ketulang belulang. Bbbrrrrrr…. Dingin sekali permisah. Disini tersedia fasilitas umum seperti mushola, toilet umum, warung-warung makan. Mengisi perut sebelum mendaki hukumnya wajib disini. Karena di gunung tidak tersedia warung makan apalah McD. Siapkan energy disini.

Setelah registrasi pendakian, sekitar pukul 16.00 perjalanan menuju Gunung Semeru dimulai. Bismillahirahmanirohimm. Langkah pertama menuju Semeru. Dengan semangat yang masih membara. Kaki yang masih kuat, mata yang masih bisa melihat sekitar. Tujuan akhir parjalanan sore ini adalah Ranu Kumbolo. Disanalah kami akan ngcamp untuk istirahat. Ada 4 post menuju Ranu Kumbolo. Jalan yang cukup mendatar dan panjang kami lewati dengan rombongan yang agak terpisah-pisah. Alam yang mulai gelap, Suhu yang mulai dingin dan nafas yang mulai tersengal-sengal . Selangkah demi selangkah jalan kami telusuri dengan bayangan Ranu Kumbolo dari google pict  menari di pikiran. Teruslah berjalan…

Post demi post terlewati. Akhirnya kami sampai di Ranu Kumblo sekitar pukul 9 malam. Disana sudah berdiri tenda-tenda dari para pendaki lain. Semua tenda dan matras disiapkan untuk istirahat. Sebahagian menyiapkan makanan untuk memproduksi energy baru yang telah terkuras habis selama perjalanan tadi. Suhu udara sangat dingin. Dilangit terlihat bintang yang bertaburan indah,menyaksikan kami yang sedang berkemah di bibir danau Kumbolo. Semakin malam, suhu semakin dingin. Tenda yang normal diisi 4 orang kami paksakan 6 orang agar kehangatan tercipta (tenda terpisah antara cewek and cowok tenang saja, jangan mikir yang macem-macem) . -2 ⁰ C itu suhu yang ditunjukan dialat pengukur dengan ketinggan 2400 mdpl. Sukup menggigil. Bbbrrrr.. #menungu pagi#

Kukuruyuk suara ayam menandakan hari sudah mulai pagi… ( mana ade ayam digunung ) hahahhaha iya alarm handphone berbunyi menunjukan pukul 4.30. akhirnya pagi itu datang. Sholat subuh dengan tayamum seadanya didalam tenda. Bagus, Jangan jadikan lingkungan dan keadaaan yang terbatas sebagai alsan untuk tidak melakukan kewajiban kita sebagai hamba. Selagi raga masih bernafas jangan pernah tinggalkan yang namanya SHOLAT (Maklum mantan anak rohis )

Setelah selesai, Ku beranikan membuka resleting tenda untuk melangkahkan kaki keluar dengan niat menikmati matahari terbit di Ranu Kumbolo. Bbbbbbbrrrrrr lagi, sumpah dingin banget. Sampai ketulang. Gigi terkatup rapat. Sarung tangan dari bahan wol tidak mampu menahan rasa dingin itu. Terlihat sekitar sudah banyak pendaki lain yang juga sudah bangun untuk menikmati yang namanya sunrise  itu. Ada yang sudah siap dengan tripot kamera DSLR nya. Ada juga yang memasak air hangat untuk membuat secangkir kopi penghangat badan, dan masih banyak yang berlindung didalam tenda dari dinginnya udara luar.

Siluet cahaya matahari sudah mulai menampakan diri. Yang ditunggu akan datang sebentar lagi. Menggambil posisi untuk berfoto dengan latar belakang matahari terbit adalah tujuan. Iya bener banget kata orang-orang matahari terbitnya di Ranu Kumbolo indah banget. Sumpah beneran bagus banget. Gak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Cuma bisa dinikmatin. Pokoknya indah,bagus, keren dan temen-temennya.  Kami gak maw menyia-nyiakan moment ini untuk tidak mengabadikan dalam jepretan ala amatir. Dengan modal kamera poket dan bb cukuplah untuk mengabadikan moment ini.

Waktu berlalu mataharipun mulai meninggi. Kehangatannya cukup mengalir ke kulit yang mulai keriput akibat kedinginan. Perut terasa lapar. Dengan bekal yang ada kami mulai memasak makanan.  Disinilah seni dari perjalanan mendaki  atau hiking terletak. Memasak makanan dengan perlatan yang serba mini. Pilihan menu pagi itu adalah nasi goring cornet. Semua makan yang tidak enak akan terasa enak saat kau lapar dan dimakannya rebutan rame-rame. Setuju??? Yupzz itu lah yang aku rasakan.  Enak dan leezzzaaaaatttt….oh ya sebagai catatan  gw makan tanpa sikat gigi sebelumnya..hehehhehe joyokkk

Pukul 10 pagi perjalanan akan dilanjutkan menuju Kalimati. Untuk sampai ke Kalimati juga melewati beberap post-post pendakian. Dan yang pertama ditempuh untuk sampai kesana adalah TANJAKAN CINTA. Asikkkk dari namanya saja sudah sangat menarik. Kenapa dinamakan tanjakan cinta, Konon katanya ( katanya loh ya) siapa yang melewati tanjakan ini jika dia memikirkan seseorang tanpa melihat kebelakang maka orang yang dia pikirkan itu lah jodohnya. Waduhh sesuatu yang sensitif banget nih. Namanya juga mitos yang berkembang jangan terlalu dipercaya. Memulai perjalanan mendaki tanjakan cinta dengan sudut kemiringan 60 derjat. Iseng aku memikirkan nama seseorang yang mungkin saat itu aku anggap dekat ( anggap dekatnya digaris bawahin yah). Aku kasih inisial  JC.  Udah cukup segitu.

Bener-nenar pendakian yang sangat  mempertanyakan kekuatan kaki dan  keteraturan nafas. Subhanallah dengan beban yang gak berkurang dipunggung dan ditemani bayang-bayang sidie Alhamdulillah gw berhasil melewati itu yang namanya tanjakan cinta. Langsung persediaan air dari Ranu Kumbolo membasahi kerongkongan dan terasa sangat segar. Istirahat sejenak kemudian melanjutkan langkah perjalanan yang disambut dengan pemandangan yang WOW banget dari Oro-Oro Ombo. Savana Lavender membentang luas bewarna coklat bak permadani. Kata orang kalo musim hujan lavender akan berbunga merah sayang pas waktu itu kami hanya melihat batang lavender kering. Segini saja sudah cukup memanjakan mata. Mungkin suatu saat, jika memungkinakan untuk kembali, berharap lavender akan berbunga.

Perjalanan menuju Kalimati juga melewati beberapa pos-pos pendakian. Jalan yang cukup menanjak dan panjang. Cuaca yang panas membuat kami sering istirahat, untuk merefresh kembali energy. Kalimati, kalimati , kalimati itulah yang ada dalam pikiran gw saat itu. Tak lupa selama perjalanan juga kami abadikan sebagai  bukti objektif nantinya.

Sekitar 5 jam perjalanan akhirnya kami sampai dikalimati. Kalimati merupakan lapangan luas yang dikelilingi oleh hutan.Dugaan ku salah, ternyata disini gak ada kali. Sebagai sumber air kami harus mencarinya ke Sumbermani yang membutuhkan satu jam perjalanan bolak balik. Cukup menguras tenaga memang. Dikalimati ini semua persiapan menuju MAHAMERU dipersiapkan terutama fisik dan tak jauh dari makanan sebagai sumber energy. Makan yang cukup dan istirahat sejenak di dalam tenda adalah pilihan terbaik sebelum menuju puncak para dewa.  Angin pegunungan berhembus membawa hawa dingin. Bersuara mengabarkan kepada kami kalau ini adalah perjalanan yang sangat luar biasa. Gak semua orang sanggup untuk melakukannya. Apakah kalian akan sanggup???  Sebuah pertanyan untuk diri sendiri. Dari dalam tenda aku mengamati puncak Mahameru yang berwarna abu-abu kebiruan. Menjulang gagah ke langit yang berwarna biru,. Sesekali mengeluarkan kebulan asap putih pekat. Sanggupkah kaki ini terus melangkah sampai ke tidak ada lagi dataran yang harus didaki diatas sana. Sebuah keraguan menghadang. Kepercayaan diri menurun saat itu. Tapi aku harus mencoba sekuat apa yang aku bisa…….. # tekad yang sedang dipertanyakan #

Pukul 10 malam kami mulai mempersiapkan pendakian menuju puncak tertinggi itu. Ada 20 orang dari rombongan yang berangkat. Ada 3 orang dengan alasan kesehatan bertahan didalam tenda. Air, headlamp, baju berlapis semua dipersiapkan. Sumpah saat itu gw gugup banget. Melihat semua persiapan seakan-akan kami berangkat untuk mempertaruhkan nyawa.  Gugup segugupnya. Semangat dari teman dan sedikit lelucon berhasil mencairkan kegugupan itu. Bismillah dengan berdoa terlebih dahulu kami memulai perjalanan menuju puncak Mahameru. Jalanan yang mendaki dan berdebu cukup membuat nafas tersengal-sengal. Samping kiri dan kanan adalah hutan terasa gelap. Dari atas terkihat langit yang cukup terang dengan taburan bintang-bintang.  Gw terasa sangat kecil sekecilnya saat itu. Maha besar Alloh yang menciptakan Alam  Semesta.  # tafakur alam #

Arcopodo itulah adalah post pertama yang berhasil kami melewatinya. Cukup menguras tenaga dan persediaan air. Perjalananan masih panjang. Itu kata-kata yang keluar dari salah satu teman. Pertanyaannya adalah sepanjang dan selama apakah untuk sampai ke puncak parade tersebut. Cahaya penerang dari pendaki terlihat indah membentuk garis-garis perjalanan. Itu yang mampu tergambar dari gelapnya alam saat itu.

Setelah beberapa saat akhirnya perjalanan menelusuri Mahameru melewati jalanan berpasir yang cukup dalam. Sudah tidak ada lagi pohon disamping kiri dan kanan. Yang ada hanya bebatuan dan pasir yang dalam. Astagfirullohhaladzim, berat banget perjalanan yang harus gw tempuh saat ini. Menginjakan kaki kedalam pasir berderai dan mengangkatkan kaki kembali untuk melangkah maju.  Butuh tenaga yang ekstra banyak untuk dapat melakukannya. Ketika kaki kanan melangkah dan kaki kiri bertahan saat itulah tenaga habis-habisan. Naik 2 langkah turun satu langkah.  Tangan yang bertumpu kepada sebatang tongkat cukup membantu menarik diri ketas untuk langkah selanjutnya. Tak ada keberanian untuk menengok kebelakang. Hanya keatas mengikuti cahaya yang dikeluarkan oleh headlamp yang berbaris. Benar-benar dibutuhkan kekuatan dari dalam diri untuk terus maju selangkah demi selangkah. Dibutuhkan semangat dan dorongan dari teman seperjuangan agar semangat selalu terbarui. Aku bisa aku bisa aku bisa. Hanya itu yang ada dalam kepala saat itu.

Sementara itu waktu trus berjalan. Disebelah barat sang surya sudah mulai mengeluarkan sedikit demi sedikit sinarnya. Disebuah batu aku duduk sendiri. Saat itu lah aku berani melihat kebawah. Terjal itu lah gambaran  perjalanan itu. Saat aku melihat keatas. Deretan lampu masih panjang dengan kata lain berbanding lurus dengan perjalanan yang akan ditempuh. Semangat mulai kendur. Sempat terpikir untuk menyerah mengingat sudikitnya energy yang tersisa. Tapi terlintas dalam pikiran kalau aku masih sanggup untuk melangkah.  Dan aku ikutin kata hati untuk terus melangkah keatas. Sudah tidak ada lagi tongkat ditangan yang menopang badan. Aku coba untuk menggunakan kedua tangan untuk berpegang ke bebatuan dan pasir dibawah, Merangkak itulah kata-kata yang mampu menggambarkan. Sesaat kaki, badan,kepala berada dalam satu garis lurus diatas pasir kering itu. Sempat terlintas dalam pikiran sesuatu yang buruk. “pulang hanya tinggal nama “ astaghfirullohaladzim.  Ya Alloh berikan aku kekuatan menyelesaikan perjalanan ini.  Berikan aku kesempatan untuk bersujud syukur di tanah tertinggi pulau ini..mencoba berdoa mengambil energy baru.

1 meter disana sama dengan 1 Km jalan biasa. Itu lah gambaran dari perjalanan ini. Hari mulai siang. Puncak sudah terlihat didepan mata. Tapi sayang tak cukup energy untuk terus melangkahkan kaki ini. Jam ditangan menunjukan pukul 7 pagi.  Seorang teman mengatakan jika lo terus berjalan 15 menit lagi lo nyampe puncak, lo harus kuat. Hayo jangan menyerah lo bisa pasti. Hhhhhhhhmmmm semangat itu datang lagi. Gw coba untuk melangkahkan kaki lagi selangkah demi selangkah. Sampai disebuah batu besar. Dengan kaki yang terseok seok,nafas yang tersenggal-sengal , mata yang hanya mampu untuk terpejam. Tuhan beri aku kekuatan…

Setelah beristirahat sejenak, mengatur kembali nafas yang tidak beraturan  Aku hanya mampu menatap puncak itu dari titik ini. Sudah tidak ada lagi energy yang bisa ku pergunakan untuk melangkahkan kaki ini. Dari titik ini jua aku menatap kebawah. Hamparan luas bumi terlihat jelas. Kota, persawahan, pegunungan, awan, batu, manusia semua terlihat dari sini. Kecil dan sangat kecil aku terasa saat itu. Sangat munafik ketika seorang anak manusia tidak mengangumi ciptaan Tuhannya yang terlihat disekitanya pada titik itu. Lihat, pikirkan dan syukurilah ciptanNya.
Matahari semakin panas. Aku memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalan menuju puncak mengingat kondisi fisik dan waktu.  Sampai ketitik  aku berdiri saat ini adalah sebuah prestasi besar buat aku. Perjalanan yang tak akan terlupakan. Ketika kepala kaki dan badan berada dalam satu garis lurus diatas pasir lereng Semeru. Semangat melawan kepenatan kaki. Pikiran melawan keinginan hati. Semua terjadi di perjalanan ini. Orang-orang yang sampai kepuncak Mahameru adalah orang-orang yang sangat hebat baik dari stamina dan semangat.

Perjalanan turun menuju kalimati tidak begitu sulit. Pasir yang kering memungkinkan untuk berjalan layaknya icesketting. Tapi hati-hati dengan jalur yang digunakan ada yang memumgkinkan untuk tersesat. Jangan terpisah dari rombongan.  

Alhamdulillah pulang ke Kalimati dengan selamat walaupun membawa kekecewaan. Jika Alloh mengizinkan suatu saat aku ingin menyelesaikan sisa perjalanan yang belum tertuntaskan. Mencapai puncak Mahameru dan meletakan kening ini ditanah tertinggi pulau jawa sebagai tanda  syukur itu. Dan mudah-mudahan itu bisa terealisasi.

Perjalanan pulang tidak begitu berat. Karena kita semua sudah mengetahui medan yang akan terlewati. Sekitar pukul 1 Siang kami mulai perjalanan pulang dari Kalimati menuju Ranu Kumbolo dan dilanjutkan ke Ranu Pane. Alhamdulillah magrib sudah sampai di Ranu Pane, dan langsung menyerbu warung makan yang ada.

Yah ini lah catatan perjalanan gw menuju Mahameru 3676 mdpl. Walaupun tidak sampai puncak, tapi ada satu kebanggan kalau aku sudah mencoba untuk melewati setiap inchi perjalanan menuju puncak para dewa.  
Terimakasih buat temen-temen BPI Jakarta yang sekarang kita bikin forum baru bernama ILALANG. Senang bisa bertemu dengan kalian.

Ini beberapa dokumentasi  foto perjalanan 


















































see you in next trip


Tidak ada komentar :

Posting Komentar